OECD Sebut Pemulihan Ekonomi Dunia Rapuh, Apa Saja Penyebabnya?

Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyatakan saat ini dunia berada di tengah-tengah pemulihan ekonomi yang rapuh akibat dampak pandemi Covid-19 dan konflik antara Rusia dan Ukraina.

Dalam laporan bertajuk Economic Outlook, Interim Report yang dirilis pada Jumat, 17 Maret 2023, OECD memperkirakan ekonomi global tumbuh sebesar 2,6 persen tahun ini.

Sedangkan pada tahun depan, perekonomian diproyeksikan naik tipis menjadi 2,9 persen.

IKN Bakal Dikembangkan seperti Bali, Praktisi Pariwisata: Kalimantan Berbeda dengan Bali Kenaikan tipis pertumbuhan ekonomi itu, menurut OECD, sebagai dampak abadi dari krisis Ukraina, seperti masalah pasokan energi dan inflasi tinggi.

“Penurunan harga energi telah berkontribusi pada peningkatan moderat dalam prospek global,” kata OECD dalam sebuah pernyataan.

Laporan tersebut memperkirakan ekonomi Cina akan tumbuh paling cepat di dunia tahun ini, meningkat sebesar 5,3 persen.

Sedangkan di saat yang sama, ekonomi Amerika Serikat tumbuh sebesar 1,5 persen tahun ini dan 0,9 persen pada 2024.

Baru 14,5 Persen UMKM Sukses Tembus Pasar Ekspor, Apa Sebabnya? Dalam rekomendasinya, OECD meminta negara-negara untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ditujukan untuk menurunkan inflasi.

Selain itu kebijakan moneter juga disarankan terus menargetkan dukungan fiskal ke sektor-sektor yang terkena dampak paling parah, dan mengambil langkah-langkah untuk memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih besar.

Bagaimana dengan di Indonesia? Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri sebelumnya membeberkan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di ASEAN.

Menurut dia, performa perekonomian Indonesia sebetulnya relatif paling baik di kawasan Asia Tenggara ini.

Selanjutnya: “Karena apa? Share ekspor kita …”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *